burung purba
Penelitian terhadap fosil rongga otak dari burung purba yang telahbisa terbang seperti burung atau tidak. Dan menurut para ilmuwan,
jawabannya adalah: bisa!
Adapun fosil yang diteliti di atas berasal dari burung jaman Jurassic
yang dikenal sebagai Archaeopteryx. Para ilmuwan menggunakan peralatan
pemindai (scanning) berteknologi tinggi untuk melihat bagian dalam
rongga otak sang burung.
Hasilnya, mereka mendapatkan suatu struktur otak serupa dengan struktur
burung modern yang dipakai untuk terbang dan keseimbangan tubuh. Hal
ini menguatkan teori yang menyebutkan bahwa sayap-sayap Archaeopteryx
bisa dipakai lebih dari sekedar membantunya meluncur.
Sejak ditemukannya fosil pertama Archaeopteryx tahun 1861, spesies ini
telah menjadi sumber perdebatan di kalangan komunitas palaentologi.
Burung pemangsa yang bisa tumbuh hingga 50 cm dengan sayap membentang
ini memiliki kenampakan setengah dinosaurus setengah burung.
Ia memiliki ciri-ciri hewan terbang seperti sayap dan bulu-bulu, namun
memiliki moncong bergigi dan kaki seperti dinosaurus, serta lengan
bercakar. Nah, yang kemudian ramai diperdebatkan adalah apakah burung
dinosaurus ini bisa terbang lincah seperti burung modern, atau sekedar
meluncur dengan sayapnya.
Hingga kini, sedikit saja yang diketahui mengenai bagaimana organ-organ
dalam hewan ini berfungsi. Namun Dr Angela Milner, peneliti dari
Natural History Museum London, menggunakan metode scanning mutakhir
yang disebut computed tomography untuk melihat bagian dalam tempurung
otak Archaeopteryx yang telah menjadi fosil.
Piranti canggih milik Universitas Texas, Austin, ini memungkinkan para
peneliti melihat celah-celah paling kecil dan halus yang terdapat di
bagian dalam rongga otak. Hasil scanning kemudian dikonversikan dalam
bentuk 3 dimensi menggunakan komputer.
Hasil konversi itu sungguh menakjubkan dan mencengangkan, bahkan bagi
mereka yang ahli. "Tadinya kami mengira akan mendapatkan otak seperti
yang dimiliki dinosaurus," kata Dr Milner. "Ternyata kami memperoleh
otak yang serupa benar dengan otak burung."
Gambar yang dihasilkan komputer menunjukkan suatu anatomi otak yang
sangat mirip dengan otak burung-burung modern, seperti elang, kenari
dan lainnya. Ia memiliki saluran semicircular yang berkembang baik di
telinga bagian dalamnya, yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan,
serta ruang optik besar untuk fungsi penglihatan. Keduanya adalah hal
penting yang diperlukan agar burung bisa terbang efisien dan bermanuver
dengan baik.
"Hasil scan pada dasarnya menunjukkan bahwa Archaeopteryx memiliki
semua hal yang dibutuhkan burung untuk terbang," tambah Dr Milner.
Terbang lebih awal
Menurut pendapat para ilmuwan yang dimuat dalam journal Nature,
penemuan di atas memberikan bukti kuat bahwa Archaeopteryx dulu
menghuni angkasa seperti burung.
"Semua ini menunjukkan perkembangan otak burung beriringan dengan
struktur fisik yang dibutuhkan untuk terbang seperti sayapnya," kata Dr
Milner. "Fakta bahwa otak Archaeopteryx serupa dengan burung,
menunjukkan kemampuan terbang telah berevolusi lebih awal dari
perkiraan kita."
Untuk menguatkan pendapat itu, para ilmuwan berencana mempelajari fosil
burung-burung purba lain. Hanya saja saat ini tidak banyak fosil burung
purba yang ditemukan. Khusus untuk Archaeopteryx, hanya ada enam fosil
yang didapatkan di seluruh dunia, dan sebuah contoh bulunya.
3 komentar:
woow..kpan yah di ind asa museum bwt dinosaurus??
hahaha..ampe rambut profesor beruban aja blm ada2 tuh museum..hahaha..
tapi kn ada museum geologi yg ktny ada tulang dinosaurusnya jg..gw blom pernah ksana jg si mel..hhe.
Posting Komentar